Tongo tuwu pa ngkai’ta I’pua, Jelamo ta’u manuru Melamba n’cari Baula mabuya, Ri dongi Pontu ka tudu
I lasaeo To mo ngoronya , Pai we anya ru mongi to onya. Ungka katuwu tau ri rano, Lawi nya nda po mada go
Lirik lagu ini masih tergiang-giang ditelinga penulis. bila dibahasa indonesikan artinya berbunyi demikian
Ketika jaman nenek moyang dahulu kala, Turun lah seorang sakti dari langit Mengendarai seekor kerbau putih, Dan mendarat disekitar Dongi ( daerah pamona sekarang )
Namanya Lasaeo dan Rumongi nama istrinya. sejak Keberadaan mereka kehidupan disekitar danau menjadi tentram.
Lengenda Lasaeo dan Rumongi merupan cerita rakyat yang menjelaskan asal-usul masyarkat Pamona dan poso saat ini. Dikisahkan Lasaeo adalah seorang suci dan sakti mandraguna. Turun dari khayangan ke daratan Pamona dengan mengendarai seekor kerbau putih gemuk. Lasaeo dideskripsikan sebagai si bijaksana dan baik hati. Suatu hari Lasaeo tertegun melihat keadaan dan kehidupan masyarakat Pamona mula-mula yang serba kesusahan dan menderita. Dengan kesaktian dan kepandaiannya ia kemudian mengajarkan cara bercocok tanam dan mengolah hasil bumi yang lebih baik. Sejak keberadaannya didaerah tersebut kehidupan masyarakat disana berangsur-angsur membaik.
Dalam kehidupannya di Bumi, Lasaeo kemudian dikisahkan jatuh cinta kepada seorang gadis cantik jelita. gadis itu merupakan anak seorang raja setempat yang bernama Rumongi. Dan Alkisah mereka kemudian menikah serta dikaruniai seorang anak laki-laki. hari-hari bahagiapun dijalani oleh Lasaeo dan Rumongi dengan indah.
suatu malam Lasaeo menceritakan tantang sebuah pantangan yang tidak boleh ia lakukan dibumi. Yakni mememegang kotoran manusia. Sebab Lasaeo adalah seorang mahluk suci dan kotoran yang dia keluarkan berbeda dengan manusia ia ( Lasaeo ) selalu mengeluarkan katak sebagai hajatnya. ^^
Suatu hari ketika Lasaeo sedang menimang anaknya, si anak membuang hajat. Lasaeo kemudian menyuruh istrinya untuk membersikan kotoran si anak. Akan tetapi dengan nada gusar istrinya (Rumongi ) menolak perintahnya sebab ia (Rumongi ) sendiri sedang membersikan beras untuk dimasak, penolakan itu menyebabkan petaka yang berakhir tragis. Lasaeo yang sangat marah meletakan anaknya dan pergi mengambil parang (sejenis pedang pendek ). kemudian dengan geram dihunusnya pedang saktinya itu ke kerbau putih kesayangannya. kemarahan tersebut berimbas pada kerbau malang itu dan dengan sekali tebasan kepala si kerbau putih itu terpental jauh ke daerah lain. ( lupa daerahnya ). setelah amarahnya cukup meredah Lasaeo kemudian memanggil sejenis tali hutan yang turun dari langit. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Ia pun menaiki tali tersebut dan pergi kekhayangan.
Rumongi yang sadar telah membuat Lasaeo marah mengambil anaknya dan mengikatkannya kebelakang punggungnya dengan seutas kain dan sambil menangis Rumongi berlari mengikuti suaminya, memanjat tali hutan tersebut. akan tetapi sebelum Rumongi mencapai khayangan Lasaeo terlebih dahulu memotong tali langit yang masih menjuntai ke bumi sebab ia sadar mereka memiliki dunia yang berbeda. Alkisah kemudian Rumongi bersama anaknya jatuh kembali ke Bumi ( daerah dongi pamona utara ) dan jasad mereka membatu terlilit oleh tali hutan di atas sebuah bukit kecil yang sekarang merupakan perbatasan Tentena-Sao’jo.
konon barang siapa yang melalui daerah tersebut dan membawa anak-anak kecil tanpa menutupi kepala anak itu, akan tertimpa bencana seperti sakit, atau panas demam. Menurut kepercayaan sosok rumogi yang membatu akan marah bila anak kecil yang melewati daerah tersebut tidak mengenakan penutup kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar