Sabtu, 02 Oktober 2010

Sebaiknya anda tahu

Mungkin bagi masyarakat poso yang biasa berkebun pasti familiar dengan tanaman satu ini namanya Boe, bahkan salah satu kampung di Sulawesi Tenga,  mengabadikan tanaman ini sebagai nama kampung mereka.


Menurut Dimba Tumimomor, Tanaman ini tumbuh liar dan hampir dikenal di seluruh Indonesia.
Boe (Poso-Ta-Wana)
Keremunting (Indonesia-Jawa-Dayak)
Karamottang (Batak
Kere (Muara Enim)
Karamunting (Bangka Blitung-)

Dalam bahasa latinnya Boe dikenal dengan nama  RHODOMYRTUS TOMENTOSA
Biasanya Daun dan buah yang sudah matang dari tanaman ini  berwarna ungu tua kehitaman), Taman ini sering digunakan untuk obat herbal penyakit perut, seperti daun jambu biji. dengan cara merebus. Daunnya juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit kulit atau untuk menghaluskan kulit. Caranya : Daun ditumbuk sampai halus dan digunakan waktu mandi. Daun ini akan mengeluarkan semacam busa. 
Boe atau Keremunting sudah dibudi-dayakan di Singapura sebagai bahan baku pembuatan "sirop keremunting". Rasanya asam manis.

Mitologi Lasaeo

Oleh: Kristianto Simuru
Tongo tuwu pa ngkai’ta I’pua, Jelamo ta’u manuru Melamba n’cari Baula mabuya, Ri dongi Pontu ka tudu
I lasaeo To mo ngoronya , Pai we anya ru mongi to onya. Ungka katuwu tau ri rano, Lawi nya nda po mada go
Lirik lagu ini masih tergiang-giang ditelinga penulis. bila dibahasa indonesikan artinya berbunyi demikian
Ketika jaman nenek moyang dahulu kala, Turun lah seorang sakti dari langit Mengendarai seekor kerbau putih, Dan mendarat disekitar Dongi ( daerah pamona sekarang )
Namanya Lasaeo dan Rumongi nama istrinya. sejak Keberadaan mereka kehidupan disekitar danau menjadi tentram.
Lengenda Lasaeo dan Rumongi merupan cerita rakyat yang menjelaskan asal-usul masyarkat Pamona dan poso saat ini. Dikisahkan Lasaeo adalah seorang suci dan sakti mandraguna. Turun dari khayangan ke daratan Pamona dengan mengendarai seekor kerbau putih gemuk. Lasaeo dideskripsikan sebagai si bijaksana dan baik hati. Suatu hari Lasaeo tertegun melihat keadaan dan kehidupan masyarakat Pamona mula-mula yang serba kesusahan dan menderita. Dengan kesaktian dan kepandaiannya ia kemudian mengajarkan cara bercocok tanam dan mengolah hasil bumi yang lebih baik. Sejak keberadaannya didaerah tersebut kehidupan masyarakat disana berangsur-angsur membaik.
Dalam kehidupannya di Bumi, Lasaeo kemudian dikisahkan jatuh cinta kepada seorang gadis cantik jelita. gadis itu merupakan anak seorang raja setempat yang bernama Rumongi. Dan Alkisah mereka kemudian menikah serta dikaruniai seorang anak laki-laki. hari-hari bahagiapun dijalani oleh Lasaeo dan Rumongi dengan indah.
suatu malam Lasaeo menceritakan tantang sebuah pantangan yang tidak boleh ia lakukan dibumi. Yakni mememegang kotoran manusia. Sebab Lasaeo adalah seorang mahluk suci dan kotoran yang dia keluarkan berbeda dengan manusia ia ( Lasaeo ) selalu mengeluarkan katak sebagai hajatnya. ^^
Suatu hari ketika Lasaeo sedang menimang anaknya, si anak membuang hajat. Lasaeo kemudian menyuruh istrinya untuk membersikan kotoran si anak. Akan tetapi dengan nada gusar istrinya (Rumongi ) menolak perintahnya sebab ia (Rumongi ) sendiri sedang membersikan beras untuk dimasak, penolakan itu menyebabkan petaka yang berakhir tragis. Lasaeo yang sangat marah meletakan anaknya dan pergi mengambil parang (sejenis pedang pendek ). kemudian dengan geram dihunusnya pedang saktinya itu ke kerbau putih kesayangannya. kemarahan tersebut berimbas pada kerbau malang itu dan dengan sekali tebasan kepala si kerbau putih itu terpental jauh ke daerah lain. ( lupa daerahnya ). setelah amarahnya cukup meredah Lasaeo kemudian memanggil sejenis tali hutan yang turun dari langit. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Ia pun menaiki tali tersebut dan pergi kekhayangan.
Rumongi yang sadar telah membuat Lasaeo marah mengambil anaknya dan mengikatkannya kebelakang punggungnya dengan seutas kain dan sambil menangis Rumongi berlari mengikuti suaminya, memanjat tali hutan tersebut. akan tetapi sebelum Rumongi mencapai khayangan Lasaeo terlebih dahulu memotong tali langit yang masih menjuntai ke bumi sebab ia sadar mereka memiliki dunia yang berbeda. Alkisah kemudian Rumongi bersama anaknya jatuh kembali ke Bumi ( daerah dongi pamona utara ) dan jasad mereka membatu terlilit oleh tali hutan di atas sebuah bukit kecil yang sekarang merupakan perbatasan Tentena-Sao’jo.
konon barang siapa yang melalui daerah tersebut dan membawa anak-anak kecil tanpa menutupi kepala anak itu, akan tertimpa bencana seperti sakit, atau panas demam. Menurut kepercayaan sosok rumogi yang membatu akan marah bila anak kecil yang melewati daerah tersebut tidak mengenakan penutup kepala.

Bahasa Poso

 Oleh : Kristianto.Simuru
Menurut informasi yang di deskripsikan para misionaris utusan pekabaran injil di tanah poso pada akhir abad-19 yang dipelopori oleh A.C Kruyt tahun 1892 dan Dr.N.Adriani tahun 1895 bahasa di Tanah poso tersebar menjadi beberapa jenis bahasa di beberapa daerah yaitu:
  1. Bahasa kaili terdapat di wilayah Palu dan sekitar Parigi.
  2. Bahasa ledo dan tara (masih serupun dengan bahasa kaili )
  3. Bahasa Bali dan jawa di wilayah eilayah transmigran
  4. Bahasa Pamona terdapat di wilayah Pamona, Mangkutana,Waotu,dan Mori atas.
  5. Bahasa Taa merupakan bahasa yang di gunakan suku wana dan mereka yang berada di daerah Lore Utara
  6. Bahasa Bada dan Rampi yang terdapat di wilayah sekitar Lore Selatan
  7. Bahasa Mori terdapat di wilayah Mori atas, Beteleme,Kolonodale dan Malili-Nuha.
Akan tetapi bahasa masing masing suku atau anak suku masih ini tetap terlokalisasi pada wilayah suku masing-masing karena penyebaran anggota suku belum terjadi selain itu di antara suku-suku tersebut sering terjadi permusuhan atau konflik.Akan tetapi sejak berdirinya GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) tanggal 18 Oktober 1947 dan masa sesudahnya, terjadilah pejumpaan dari berbagai-bagai bahasa akibat jalur mobilisasi dan komunikasi mulai berkembang diantara suku suku ini selain itu factor perkawinan campur antar suku dan kontak kontak fisik lainya ( berdangang ) menyebabkan suatu wilayah tidak lagi di monopoli oleh salah satu bahasa suku tertentu..
Potensi Bahasa sebagai alat utama untuk berkomunikasi dipandang oleh Kruyt sebagai sebuah jalan untuk mengembangkan misi Misionarisnya di Tanah poso. itulah sebabnya usaha yang pertama yang di lakukan AC Kruyt adalah dengan mempelajari bahasa penduduk asli ( bahasa Pamona ) disamping mempelajari sifat dan cara cara hidup mereka. Bersama dengan N.Adriani. seorang ahli bahasa yang di utus oleh lembaga alkitab belanda (NBG).
“ kruyt : yang sangat penting ialah bahwa kami di waktu mempelajari dan menggunakan bahasa itu menundukan diri kepadanya. Dalam hal ini kami berada di bawah tata tertib aturan-aturan yang di teruskan oleh nenek moyang dan di bawah pengawasan setiap orang di depan umum”
Mereka kemudian berusaha mempelajari tata bahasa dan gaya bahasa pamona yang waktu itu di sebut bahasa Bare’e. menurut mereka salah satu keistimewaan bahasa Pamona adalah kemampuannya mengungkapkan perasaan hati yang paling dalam melalui bentuk bahasa yang di kenal denganistilah “tengke” dan “kayori”. Istilah “tengke” mengandung pengertian bahasa berirama sedang “kayori” dapat disamakan dengan pantun. Tengke umumnya hanya diketahui oleh Tua-tua adapt untuk menyampaikan isi hati atau maksud yang sangat penting secara filosofis. Penggunaannya adalah pada waktu temu pendapat atau pada pesta-pesta tertentu. Ungkapan ungkapan ini dapat kita lihat dalam tulisan N Adriani. “ Het Bare’e Nederlandsch Woordenboek dan Onze Zendingsvelden II poso.
( sumber :Wajah GKST,oleh Sinode GKST ( Dj Tanggerahi Cs) .Tentena 1992 )

Cerita Orang Poso (mitos-mitos)

Rengiana
Rengiana atau lasimnya oleh orang Indonesia dikatakan sebagai jelmaan wanita hamil yang meninggal bersama bayinya dalam proses melahirkan alias Kuntilanak. dalam versi aslinya Rengiana sebenarnya hanya menampakan diri tanpa menggangu manusia. Akan tetapi akhir-akhir ini isu sosok Rengina yang meneror dan menggangu ketentraman orang poso mulai santer terdengar, para korbannyapun menurut cerita orang setempat sebagian besar adalah seorang laki-laki.
Menurut cerita teman penulis, mahluk ini akan menyerang sang korban (laki laki ) ketika ia pulang sendirian pada waktu malam. kehadiran mahluk ini ditandai dengan suara anak ayam yang terus menerus berbunyi, Mahluk ini akan menyerang dengan cara mencabut bebrapa helai rambut disekitar Tanoana ( titik botak pada belahan rambut ). namun efek serangan mahluk ini tidak serta-merta dirasakan oleh si korban. Korban yang telah terkena serangan mahluk ini sekonyong-konyong akan mengalami kejadian gaib dimana kelaminnya mengalami penyusutan kedalam. Bila efek serangan mahluk ini tidak dapat dihentikan segera maka korban akan menemui ajalnya seketia itu juga.
Adapun asal-usul mahluk jejadian ini dikatakan memiliki dua versi cerita. Pertama mahluk ini merupakan kuntilanak original yang dipelihara oleh manusia sebagai pesugihan. Ketika manusia yang memeliharanya itu meninggal dunia maka si mahluk yang tak bertuan ini kemudian pergi melalang buana mencari pengasuh baru. Dalam perjalanannya itu si mahluk kemudian mungkin kelaparan dan jajan di sembarang tempat ^^ yang tak lain koraban jajanannya itu adalah pria-pria malang
Versi kedua.mengatakan bahwa mahluk ini merupakan turunan kedua dari mahluk original. Yang dalam istilah saintnya dikatakan bermutasi menjadi sosok yang berserk atau tidak tekendalikan.serta menyebarkan terror bagi laki-laki dimana saja.( di tulis berdasarkan cerita seorang teman penulis Edi Tarinje )

Kalomba
Legenda watu kayade-yade (batu kayade yade ).adalah cerita yang mengkisahkan tiga buah batu sakti yang menjadi penunggu Danau Poso. Meskipun nenek penulis ketika mendongeng tidak menjelaskan asal-usul batu terebut akan tetapi dikatakan bahwa batu ini selalu mengitari danau poso dalam periode tertentu. Tanda batu ini akan mengitari danau Poso adalah dengan suara lengkingan yang sangat keras. dikatakan pula apabila terjadi lengkingan keras maka akan ada tumbal yang akan mati tengelam di Danau Poso,
Sehingga orang orang tua jaman dahulu sangat melarang keras anak-anak mereka mandi di Danau ketika peristiwa gaib itu terjadi. Watu kayade yade terdiri dari tiga buah batu berukuran besar yang tugasnya menggali pingiran danau Poso agar tetap dalam.
Konon kemudian menurut cerita watu kayade-yade tidak pernah mengitari danau poso lagi dikarenakan. Ketiga batu itu terpisah satu sama lainnya ada cerita yang mengatakan watu kayade-yade sebagai penunggu danau Poso dikalahkan oleh penuggy lain yang menyerupai ular raksasa, ada pula cerita yang mengatakan. Batu pertama dari watu kayade-yade terbelah menjadi dua dan oleh masyarakat setempat dikenal dengan watu na sayu anga ( batu yang di pengal oleh setan ),batu kedua terperosok didalam gua yang besar disekitar wera Sulewana. Sedang batu ketiga pergi jauh mengikuti aliran sungai Poso dan menghilang di dalam lautan.

Tarian Khas Poso

oleh: Kristianto.simuru
Tari Sinci ( tari cincin ) merupakan tarian yang memiliki kesamaan dengan tarian Dero. Prosesi tarian ini dilakukan dengan cara melingkar namun dalam posisi duduk bersila, akan tatapi tarian ini lebih ditujukan untuk menghibur orang lain.sebab tarian ini hanya akan ditemukan diacara prosesi perkabungan orang meninggal dunia.
Prosesi atau tata cara permainan tari Sinci itu sendiri adalah sebagai berikut peserta tarian membentuk lingkaran, kemudian memegang sejenis tali kail yang disambung ujung-ujungnya menjadi sebuah lingkaran. Tali ini kemudian dibentangkan melingkar sebesar ukuran lingkaran peserta yang duduk bersama. Kemudian dalam tali itu disispkan sebuah cincin yang nantinya akan digerakan oleh penari berlawanan dengan arah jarum jam. Di tengah lingkaran akan berada seorang terhukum bersama beberapa pemain musik yang akan mengiringi lagu nyanyian pantun yang akan dilantunkan saat prosesi Tari sinci ini. Orang yang terhukum tadi akan berusaha menebak dimana letak cicinc itu berada.
Singkat kata tari Sinci merupakan tari yang mirip dengan permainan anak-anak yakni permainan petak umpet. Dengan iringan lagu syair pantun cicin pun berpindah dari tangan penari satu kepenari lainya. sesekali penari yang tidak memegang cicin berpura-pura telah mendapatkan cicin untuk mengecoh penglihatan si terhukum. apabila si terhukum tidak dapat menebak keberadaan cicin maka ia akan mendapat hukuman dari seluruh peserta yang ada. jenis hukuman pun beragam akan tetapi biasanya mereka akan disuruh mendedangkan sebuah syair lagu pantun penghiburan untuk pihak keluarga yang tengah dirundung duka cita. prosesi ini kemudian berulang lagi dengan peserta terhukum yang lain yakni peserta yang terakhir memegang cincin pada permainan sebelumnya.
Namun tari Sinci seperti tarian lainnya tidak luput dari perubahan jaman dan, seiring berlalu, tari Sinci telah banyak ditinggalkan oleh para kaum muda dengan alasan tertentu. disisi lain para penari Sinci yang eksis tidak dapat lagi melakukan tradisi ini dikarenakan factor usia. bahkan salah satu dari teman mereka yang menjadi peserta tarian Sinci pada masa mudanya harus ia tangisi karena telah meninggal dunia karna terkikis usia senja.

Dero
Tarian Dero, merupakan salah satu dari sebagian besar kesenian tari yang berasal dari tanah Poso. Tarian ini melambangkan sebuah ungkapan sukacita dari masyarakat Poso khususnya mereka yang mendiami daerah sepanjang lembah Danau Poso.meskipun penulis tidak memahami dengan pasti tentang asal-usul tarian ini, akan tetapi keidentikan tarian Dero dengan masyarakat disepanjang lembah danau Poso didasarkan pada tradisi pengucapan syukur ( padungku ) setelah memperoleh hasil pertanian khususnya dari tanaman pokok padi yang terjadi secara bergelombang daerah tersebut.
Prosesi pelaksanaan tarian Dero itu sendiri biasanya dilakukan didaerah yang luas dan lapang. Hal ini dikarenakan seluruh peserta yang melakukan tarian dero adalah masyarakat itu sendiri tanpa melihat status social, umur maupun gender (jenis kelamin ). dengan kata lain tarian dero merupakan tarian massal dan melibatkan seluruh komponen masyarakat sebuah daerah (desa,distrik,wilayah pemerintahan ) berserta tamu dan kerabat keluarga yang datang keacara pengucapan syukur ini.
Tarian dero itu sendiri merupakan tarian yang sangat simple untuk dipelajari oleh orang awam sekalipun. Kita hanya berdiri berdampingan dan bergandengan tangan dengan sesama penari. kemudian melakukan hentakan kaki sekali ke kiri kemudian dua kali kekanan mengikuti alunan pantun yang sahut-menyahut yang didendangkan salah seorang yang sedang ikut menari kemudian diikuti nyanyian pantun bersama oleh seluruh penari dero.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian inipun sangat khas, yaitu ganda (sejenis gendang ) dan ngongi ( sejenins gong ) yang ditabuh bergantian oleh para pemuda dan orang tua. Prosesi tarian Dero pun bisanya dilakukan pada pukul 20.00, dan berakhir kurang lebih pukul 04.00.hal ini dikarenakan tarian Dero dilaksanakan hanya dua sampai tiga kali dalam setahun dibeberapa pusat keramaian sehingga orang-orang akan berdatangan silih berganti dari berbagai pelosok untuk merayakan kegembiraan tersebut.
Dalam tarian dero unsur diskriminasi, perbedaan status baik patron dan klien yang telah tercipta oleh struktur social menjadi memudar, mengapa demikian ? karena dalam tarian dero semua orang bebas bergandeng tangan dengan siapa saja. Jadi tidak heran bila seorang pekerja dapat bergandengan tangan dengan seorang kabose atau tadulako ( tuan tanah / raja ).
Tarian Dero bukan hanya sebagai tarian pemersatu masyarakat didaratan lembah danau Poso dan sekitarnya. akan tetapi juga tarian ini diidentikan dengan ajang mencari jodoh.sebab sebagian besar peserta tarian yang ikut menari adalah para kaum muda dan mereka yang masih lajang yang mengharapkan jodoh atau pasangan melalui tarian dero.
Akan tetapi seiring pergeseran nilai akibat kemajuan teknologi, tarian Dero kemudian kehilangan maknanya baik itu makna simbolik maupun norma-noram social yang positif seperti demokratisasi dan kesetaraan gender. Hal dikarenakan masyarakat yang melakukan tradisi ucapan syukur ini telah terkontaminasi dengan pemaknaan kota yang lebih individual dan cenderung bersifat pasif. Hal ini diperburuk dengan masuknya nilai-nilai budaya barat yang disalah tafsirkan oleh masyarakat setempat sebagai sebuah budaya baru yang dapat dikolaborasikan dengan tarian asli. Misalnya masuknya alat-alat musik moderen yang mengantikan musik tradisional didukung sound system yang memadai.dampak budayanya dapat dilihat dengan fenomena beberapa orang saja yang memahami syair lagu, dan peserta lain hanya diam membisu. Selain itu jenis lagu yang dinyayikan terkesan monoton dan tidak menarik. ( dikutip dari cerita pengalaman alm Ngkai-Tua ( kakek nenek ) penulis ).

Padungku

oleh : Kristianto simuru
Padungku merupakan istilah upacara adat untuk hari ucapan syukur sebuah desa atau wilayah distrik pemerintahan karena penduduk wilayah tersebut berhasil memanen tanaman padi. ucapan syukur ini ditujukan bagi alo ( sejenis dewa sebelum masuknyanya misionaris Kristen protestan kedaratan poso ) dan leluhur atau nenek moyang penduduk setempat yang dipercayai telah membantu masyarakat dengan memberikan kesuburan dan panen padi yang melimpah.
Hasil panen kemudian akan ditampung dilumbung-lumbung padi disetiap rumah penduduk untuk persediaan pangan beberapa bulan kedepan sebelum panen padi dilaksanankan lagi. Selain menyimpan padi di lumbung kebiasaan menaru padi yang masih bertangkai di atas cerobong tungku pemasakan dipercaya dapat membuat leluhur mereka memperoleh makanan yang berlimpah pula, ada pula sebagian dari hasil pertanian diberikan kepada raja atau pemimpin setempat yang bergelar kabose atau tadulako sebagai upeti.
Padungku adalah hari raya dimana sanak keluarga dari berbagai tempat datang bersua untuk merayakan ucapan syukur panen ini. Kadang kala prosesi padungku terjadi bergantian dibeberapa daerah. Sehingga padungkupun menjadi ajang silahturami antar keluarga dan kerabat masyarakat Poso.
Adapun makanan khas yang harus ada setiap padungku ( acara padungku ) adalah I’nuyu atau nasi bamboo ( nasi yang dimasukan di sepotong bamboo kemudian dimasak dengan cara membakar bamboo tersebut diperapian ). I’nuyu kemudian dapat pula dijadikan sebagai oleh-oleh yang akan dibawa oleh sanak keluarga ketika akan meninggalkan keluarga mereka yang menjadi tuan rumah acara padungku.
Sedangkan minuman yang harus ada setiap padungku adalah Baru ( sejenis tuak berwarna putih yang diambil dari getah pohon enau ) meskipun kadar alkoholnya rendah akan tetapi bila diminum dalam jumlah yang banyak dapatpula memabukan seorang pria dewasa.
Saat penutupan hari raya padungku yaitu saat yang sangat dinantikan oleh masyarakat. karena saat itulah seluruh penduduk akan berkumpul dialun-alun atau daerah datar yang lapang untuk menari bersama. Tarian yang mereka lakukan tarian Dero.